While on the other side, studies of reliefs based on Old Javanese literature at Hindu-Buddhist monuments are often focused on the physical appearance, carving style, and measurement aspects. We have to accept the fact that study on Old Javanese literature are mostly focused on its formal aspects such as the composing basic principles and story line. Old Javanese literatures are rich of themes which mostly are related to way of lives, goodness values and ideas, which unfortunately is not easy to understand their meaning because they were often written in philosophical phrases. Relief yang dibandingkan dengan episode dalam naskah, diketahui bahwa berbagai episode lebih mendekati isi naskah T80. Metode yang dipakai adalah metode Arkeologi-Sejarah yaitu pendekatan yang menggunakan data artefaktual dan data tekstual berupanaskah dan prasasti. Tujuan penulisan ini adalah mencari naskah yang dipergunakan oleh para pemahat relief Karmawibhangga. ![]() Levi, dan Jan Fountain yang membandingkan adegan-adegan dengan dua naskah Sutra yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Cina yang dikenal sebagai T 80 dan T 81. Identifikasi relief telah dilakukan oleh N.J. ![]() Agar cerita tersebut dimengerti dengan baik oleh pengunjung, makaajaran tersebut dikemas dalam cerita kehidupan masyarakat Jawa Kuna pada abad ke- 9-10 Masehi, semasa Candi Borobudur didirikan. Relief-relief tersebut terkait dengan ajaran hukum karma, hukum sebab akibat, yang sangat penting dalam ajaran agama Buddha. Sebelum ditutup kembali relief seluruhnya difoto oleh Kassian Cephas pada tahun 1890-1891. Relief yang dipahatpada dinding kaki Candi Borobudur yang sekarang ditutup merupakan adegan-adegan dari naskah Karmawibhangga, yang berjumlah 160 panel ini ditemukan kembali oleh J.W. Identifikasi Relief Karmawibhangga pada Candi Borobudur. In this case I use theHistorical-archaeology as a method this approach seeks an equal combination of “historical” and “archaeological” data to the study of the past i.e.Abstrak. The purpose in writing this paper is to find out the Karmavibhanga text(s) used by the sculptors in carving the Karmawibhangga at Candi Borobudur. Fontein studies these reliefs by comparing the episodes with two Karmawibhangga texts which were translated into Chinesenamed as T 80 and T 81. In order they understand easily the episodes they saw, the sculptors portray many aspects of the early life in Java from the 9th to 10th century AD, during Borobudur’sera. The doctrine was veryimportant for the Buddhist visitors. The Karmawibhangga deals with the Law of Cause and Effect, the Karmic Law. Ijzerman in 1885, and in 1890-1891 were photographed by Kassian Cephas before the reliefs were closed down once again. These reliefs depicted in 160 panels were rediscovered by J.W. ![]() Reliefs depicted at Borobudur’s “hidden foot” are scenes taken from the Karmawibhangga texts. ![]() Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kesenian wayang di Bali berasal dari Jawa yang awal pembentukannya telah dimulai sejak jaman kerajaan Singosari dan sebagai sebuah bentuk karya seni tradisional yang sudah dekat dengan masyarakat yang syarat akan nilai moral maupun spiritual. Penelitian ini menggunakan metode historis melalui tahapan heuristis, kritik, interpretasi dan historiografi, untuk dapat mendeskripsikan secara historis asal perupaan wayang klasik Bali serta analisis visual matrik perbandingan untuk melihat kesamaan maupun perbedaan rupa wayang Bali yang ada pada relief candi di dua wilayah tersebut. Kesenian tersebut menyebrang ke Bali melalui penaklukan Bali masa penjajahan Majapahit dan mengalami puncak keemasan jaman Bali Hindu Klasik. Untuk mengetahui jejak-jejak rupa wayang klasik Bali yang memiliki kemiripan bentuk dengan penggambaran figur wayang yang ada di relief candi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagai sebuah karya seni warisan nenek moyang dengan berbagai bentuk dan perkembangannya, banyak masyarakat Bali yang belum mengetahui sejarah asal-usul rupa wayang yang menjadi "pakem" dalam seni rupa tradisionalnya. Rupa wayang klasik Bali proses pembentukanya melalui sejarah yang panjang, dimulai dari jaman primitif, jaman Bali kuno, Bali Hindu, dan kolonialisme hingga sekarang.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |